AJI Kediri Bedah Film 'Working Class Heroes'
KEDIRI (INFOMU KEDIRI) - Aliansi jurnalis Independen (AJI) Kediri menggelar diskusi dan pemutaran film dokumenter “Working Class Heroes” di studio 1 Kilisuci TV (KSTV) Kediri di ruko Hayam Wuruk Kota Kediri, Selasa (03/12/2013) malam.
Puluhan aktivis buruh, jurnalis, mahasiswa dan anggota komunitas film nampak antusias menghadiri acara. Pemutaran film dimulai pukul 19.00 dengan dipancarkan oleh stasiun televisi KSTV Kediri.
”Working Class Heroes” adalah film dokumenter tentang perjuangan serikat pekerja di Indonesia dan Kolumbia yang memperjuangkan keadilan. Film dengan durasi 57 menit ini diproduksi FNV Mondiaal, Belanda ini menunjukkan kegigihan nyata pahlawan serikat pekerja di Indonesia dan Kolombia mewujudkan pembagian manfaat pertumbuhan ekonomi yang lebih adil.
Ketua AJI Kota Kediri, Yusuf Saputro mengatakan, pemutaran film dokumenter ini untuk memberikan keluasan wacana bagi buruh yang selama ini masih setengah hati untuk membentuk serikat pekerja.
"Meski dilindungi Undang-undang, pendirian serikat pekerja masih dianggap sebagai ancaman oleh perusahaan," ungkap jurnalis televis swasta ini.
Film dokumenter karya sineas Huub Ruijgrok dan Arno van Beest ini juga menyorot sosok pemimpin serikat buruh di Indonesia dan Kolombia. Said Iqbal (Indonesia) dan Igor Karel Diaz (Kolombia) yang sudah lama memperjuangkan hak kerja saudara sebangsa dan mereka berhasil.
Setelah pemutaran film dilakukan diskusi mengupas isi film, baik dari segi teknis maupun konten. Dalam bedah film, AJI Kediri menghadirkan sumber berkompeten. Yakni, Dwidjo Utomo Maksum (jurnalis senior/pengurus AJI Indonesia) dan Nurbaedah (aktivis Sarbumusi Jawa Timur).
Peserta diskusi datang dari berbagai kalangan. Dari jurnalis, serikat pekerja, mahasiswa dan komunitas film di Kediri dan sekitarnya.
Dwijo dalam paparan diskusi mengatakan, ada beberapa adegan film yang terasa mengganggu. Misalnya penggambaran tokoh buruh yang hidup mapan dengan mengendarai mobil dan menenteng smartphone. “Kalau visualisasi itu benar, maka sebenarnya kondisi buruh saat ini mestinya sudah sangat sejahtera,” timpal Dwijo.
Meski demikian, Dwijo mengakui bahwa film dokumenter ini sangat bagus untuk dijadikan contoh pengorganisasian buruh. “Film dapat menggambarkan betapa pentingnya berserikat untuk memperjuangkan hak-hak buruh,” tandasnya.
Sementara itu menurut Nurbaedah, film ini cukup menggambarkan bahwa situasi pergerakan buruh masih menghadapi tantangan yang keras. Aturan mengenai serikat pekerja dibuat sederhana, tapi pelaksanaannya banyak kendala.
“Problem utama adalah kuatnya tekanan para pengusaha ketika buruh hendak berserikat,” ujar Nurbaedah yang juga menjabat ketua PERADI Kota Kediri ini.
Selama ini, lanjut Nurbaedah, serikat buruh sering distigma sebagai tempat mengadu orang-orang bermasalah. Para buruh hanya perlu serikat ketika mereka menemui kendala dalam pekerjaannya. Pengusaha pun akhirnya berkesimpulan bahwa organisasi buruh berisi orang-orang bermasalah sehingga harus dihambat keberadaannya.
Diskusi film berlanjut sesi dialog yang dipandu moderator Andhika Dwi jurnalis detik.com dalam suasana santai diakhiri pukul 22.00 WIB.
Label:
LINTAS KEDIRI
Posting Komentar